CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 17 September 2008

Judul Buku : Jejak Langkah.
Penulis : Pramoedya Ananta Toer.
Tebal : 721 halaman.


Inilah sekuel ketiga setelah Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Kali ini Pramoedya menceritakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dengan cara organisasi dan jurnalisme. Minke pindah ke Batavia untuk melanjutkan ke sekolah dokter pribumi STOVIA. Suatu hari Ter Haar seorang jurnalis De Locomotief mengajak Minke menghadiri pertemuan dengan Ir Van Kollewijn anggota tweede kamer dari golongan liberal, pelopor politik etik yang pro pribumi. Dalam pertemuan itu Ter Harr, Marie van Zeggelen dan Minke mengkritik kekejaman kolonialisme seperti penjarahan aset, wilayah, dan nyawa orang. Zeggelen mengkritik agresi militer jendral van Heutsz. Ter Haar memaparkan Nederland hutang lebih dari sembilaratus juta gulden kepada Hindia akibat rodi dan penjarahan aset. Minke memaparkan kasus Trunodongso.
Minke bertemu dengan seorang gadis Cina bernama Mei yang kemudian menjadi istri keduanya. Mei adalah mantan tunangan Khoe Ah Soe yang dia temui di Surabaya. Tapi dia agak sulit dikendalikan, suka keluar malam dengan kegiatan yang tidak jelas. Hal ini membuat Minke tidak tenang. Setelah menderita sakit selama beberapa waktu akhirnya Mei mati muda. Tidak lama setelah kematian istrinya Minke dipecat dari STOVIA (sekolah dokter pribumi).
Gagal kuliah Minke mulai berpikir mendirikan organisasi kaum pribumi untuk memajukan mereka. Dia mendekati para petinggi mengajak mendirikan organisasi pribumi. Bupati Serang yang dia nilai berpikiran modern diajak hadir dalam pertemuan untuk mendirikan sebuah organisasi. Ternyata si bupati arogan dan feodalis sehingga dia menolak. Minke lalu menemui patih Meester Cornelis yang mendukungnya. Wedana Mangga besar Thamrin Mohammad Thabrie juga mendukung. Syarikat Prijaji berdiri. Sayang perkembangan Syarikat kurang pesat.
Minke juga mendirikan koran Medan Prijaji. Ada rubrik hukum diasuh oleh Mr D Mahler yang menangani kasus kesewenangan di perusahan kereta api, perkebunan, kantor gubermen, dan lain lain. Medan jadi penyelamat sehingga tirasnya naik pesat.
Perkembangan gerakan pribumi meluas. Di Nederland ada Indische Studenten Vereeniging. Tomo dari STOVIA bikin Boedi Oetomo yang berkembang pesat. Mereka membangun sekolah tapi Minke berpikir BO bersifat chauvinis karena khusus untuk orang Jawa. Minke ingin sebuah organisasi yang terbuka, mandiri dan tidak feodalis. Dia juga menghendaki organisasi memiliki kekuatan menekan dengan boikot.
Gagasan boikot menarik Prinses van Kasiruta, anak Sultan Kasiruta. Dia mau bawa pulang gagasan boikot ke Kasiruta. Terkesan dengan dia Minke menawarinya jadi ketua redaksi majalah wanita. Kemudian dia menjadi istri Minke.
Pendapat Douwager, bahwa orang terpelajar berhenti jadi terpelajar kalau dia menjadi pejabat gubermen karena mental priyayi yang beku, rakus, gila hormat dan korup, mempengaruhi Minke. Jadi dia mau mengorganisir rakyat bebas. Minke mendirikan Syarikat Dagang Islam bukan untuk golongan priyayi tapi pedagang, dan berwatak bangsa ganda bukan eksklusif Jawa, jadi mencakup semua golongan Indisch.
Medan makin berbobot dan makin relevan dengan situasi publik sehingga tirasnya naik terus dan makin berpengaruh. Di sisi lain ada juga masalah yang diakibatkan oleh pemberitaan Medan sehingga ada tekanan hukum dan bahkan fisik dari gubermen.
Di sisi lain ada juga sumbangan uang sehingga SDI mampu membeli gedung di Kwitang yang dijadikan hotel Medan, dan bagian bawah jadi toko. Dana juga dipakai membantu sekolah swasta dan bantuan hukum.
Semantara itu gang De Knijppers (para penjepit) mengancam Minke dan istrinya agar membubarkan SDI. DK terus meneror SDI sampai terjadi perkelahian di mana mana tapi selalu yang ditahan pribumi. Hal ini tidak diberitakan agar tidak meluas. Laporan Minke ke asisten residen soal bentrokan tidak ditanggapi. Minke berkesimpulan DK didukung gubermen, bukan cuma rasis, untuk menghalangi kemajuan orang non Eropa.
BO didukung politik etik gubermen sedangkan SDI terus ditekan. Gubernur jendral Idenburg memberikan bantuan keuangan untuk sekolah mereka asal memakai kurikulum gubermen, sedangkan Thamrin Muhammad Thabrie pendukung SDI dipensiun.
Suatu saat ada kasus sindikat gula yang mau menurunkan uang sewa tanah dari seratus tigapuluh sen setiap bahu menjadi sembilan puluh sen selama delapan belas bulan. Minke rapat dengan pimpinan SDI membahas kerugian petani dan untung besar sindikat. Terjadi debat sehingga organisasi pecah jadi dua. Pertama Syarikat Dagang Islamiyah dan kubu Minke Syarikat Dagang Islam. Meskipun pecah dukungan bagi SDI Minke lebih banyak, anggotanya berlipat.
Minke menulis tentang kesewenangan pabrik gula. Kemudian datang surat ancaman dari De Zweep (cambuk) agar Minke menarik tulisannya. Ancaman berlanjut dengan penganiayaan fisik. DZ lalu dibui dan anggota SDI bertambah. Medan juga melakukan pemberitaan kasus Tengku Djamiloen orang Aceh yang diperlakukan di luar hukum oleh gubermen.
Konsekuensinya kantor redaksi disegel dan para karyawan diusir dari kantor dan rumah mereka. Minke juga diteror terus oleh gang DZ. Istrinya menembak mereka sehingga dua orang mati dan Suurhof luka. Medan berhenti terbit sepuluh hari sehingga tirasnya merosot. Tapi keanggotaan SDI naik terus sampai lebih limapuluh ribu jiwa.
Minke berencana meluaskan SDI ke bangsa bangsa Melayu di luar Hindia seperti di Sailan dan Afrika Selatan. Ketua SDI diserahkan kepada ketua cabang Sala Haji Samadi dan Minke akan menjadi propagandis internasional sedangkan Sandiman, Marko dan Frischboten meneruskan mengelola Medan.
Di bagian akhir Medan mengkritik tajam gubernur jendral Idenburg yang melayat bupati Rembang dengan rombongan besar. Akibatnya Minke ditangkap dan dibuang. Gerakan Minkepun tamat.
Dalam opini saya perkawinan Minke dengan Mei adalah simbol gagasan Pram bahwa pengaruh Cina dalam pergerakan kemerdekan Indonesia kecil saja dan tidak menentukan. Tingkah lakunya yang suka keluar malam juga menyiratkan bahwa mereka sukar dikendalikan. Sedangkan perkawinan ketiganya dengan Prinses van Kasiruta yang cerdas dan berani bahkan pernah menembak orang juga menyimbolkan peranan besar wanita dalam pergerakan kemerdekaan.
*

0 comments: