CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 26 November 2008

Ancient Books from Java and Bali

Ancient Books from Java and Bali

Rabu, 19 November 2008

Problem and Prospect of Grassroot legislature candidates in Indonesia

Problem and Prospect of Grassroot legislature candidates in Indonesia

Gus Dur is The Key in Indonesian Politics

Gus Dur is The Key in Indonesian Politics

Senin, 10 November 2008

Cerita Mangir versi Pramoedya

MANGIR

Judul : Mangir
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Tebal : 114 halaman.

Menulis dengan latar belakang sejarah, Pramoedya kali ini memakai bentuk drama. Setting cerita ini adalah Mataram, Yogyakarta sekarang, di sekitar abad enambelas. Ini adalah cerita rakyat Mataram yang masih hidup sampai sekarang, yang mengisahkan penaklukan wilayah Mangir oleh Senopati. Versi Pram agak berbeda dengan versi rakyat. Dalam opini Pram Mangir adalah sebuah republik desa dan penguasanya bukanlah raja tapi tetua. Menurut Pram tetua adalah pemimpin yang pro rakyat sedangkan raja adalah beban bagi rakyat. Jadi cerita ini dipakai oleh Pram untuk mengekspresikan ide politiknya yang anti feodalisme.
Mangir adalah sebuah wilayah kecil di sebelah barat kota Yogyakarta sekarang. Kisah ini terjadi di masa awal Mataram. Penguasanya adalah Panembahan Senopati, anak pendiri Mataram Ki Ageng Pemanahan yang tinggal di Kota Gede sekarang. Saat itu Mataram sedang tumbuh dan meluaskan wilayah dengan penaklukan secara militer. Dikisahkan pasukan Mangir sulit dikalahkan oleh Mataram. Panembahan Senopati lantas merancang sebuah strategi. Anak perempuannya sendiri yang bernama Pembayun diperintahkan menjadi anggota sebuah tim intelejen di bawah pimpinan Ki Juru Mertani, seorang penglima kepercayaan Senopati. Pembayun disuruh menjadi pengamen lalu pergi ke Mangir. Di sana dia berhasil memikat Wanabaya tetua Mangir sehingga menjadi istrinya. Pemimpin Mangir yang lain sebenarnya kurang setuju dengan keputusan Wanabaya menikahi Pembayun tapi karena Wanabaya sudah serius mereka mengalah. Meskipun demikian kecurigaan mereka masih ada.
Suatu hari Pembayun terpojok oleh kecurigaan para pemimpin Mangir sehingga terpaksa mengaku sebagai anak Senopati. Meskipun kaget Wanabaya mau diajak pulang ke istana Mataram untuk sowan kepada mertuanya. Di istana Senopati sudah menyiapkan pasukan untuk membantainya. Walaupun melawan dengan gigih Mangir tewas di keroyok oleh tentara Mataram sehingga wilayahnya berhasil dikuasai Senopati. Dalam pengeroyokan itu Pemanahan, ayah Senopati yang sudah sepuh juga ikut tewas.
Buku ini karya Pram ini beda dengan karyanya yang lain karena berbentuk drama, bukan novel. Mungkin banyak orang lebih terbiasa membaca novel. Meskipun demikian Pram berhasil dengan bagus melukiskan kekuasaan kerajaan yang bengis dan ekspansionis. Kelihatan bahwa gagasan Pram adalah egaliter dan anti feodalisme. Barangkali dia sedang mempromosikan egalitarianisme dan mengikis feodalisme.
*