CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Jumat, 17 Oktober 2008

Rumah Kaca

RUMAH KACA
Judul : Rumah Kaca.
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Tebal : 646 halaman.

Dalam sekuel keempat ini, setelah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah, Pramoedya melukiskan upaya pemerintah kolonial mengendalikan gerakan kemerdekaan yang semakin kuat. Tokoh utamanya sudah berganti, bukan lagi Minke tapi Jacques Pangemanann, seorang inspektur polisi pribumi dari suku Menado yang dipromosikan jadi staf Algemeene secretarie di Buitenzorg. Tugasnya mengamati situasi sosial politik dan membuat laporan terutama mengenai gerakan politik pribumi. Hasil kerjanya akan jadi bahan pertimbangan gubernur jendral dalam membuat kebijakan.
Dia berusaha meneror Minke dengan memakai Robert Suurhof, kepala gerombolan preman De Knijppers, tapi justru mereka yang ditembak oleh Prinses Kasiruta, istri ketiga Minke. Kemudian Raad van Justitie memutuskan Minke dibuang ke Ambon.
Selain Minke, dia juga mengamati Syarikat Islam, Boedi Moelyo dan Indische Partij. Untuk mendiskreditkan SI dia merancang huru hara anti Cina dengan memakai tokoh preman Cor Oosterhof. Huru hara adu domba Islam versus Cina terjadi di Sukabumi, Gresik, Kuningan, Madiun, Caruban, Weleri, Grobogan. Tapi tidak di Sala dan SI tidak menjadi kerdil karenanya.
Ancaman bagi gubermen semakin besar. Setelah Minke dibuang ketua SI dipegang oleh Mas Tjokro yang tinggal di Surabaya. SI tidak jadi kerdil tapi malah berkembang. Koran SI, Peroetoesan yang berbahasa Melayu, maju pesat. Indische Partij punya De Expres yang berbahasa Belanda. Ada juga Sin Po bagi orang Cina. Mereka secara samar bersikap anti gubermen dan pro kemerdekaan. Mereka menawarkan pemikiran maju, pengajaran dan pendidikan. Indische Partij bersikap anti orang Eropa asli dan memihak kepada orang Indo. Atasan Pangemanann curiga IP akan mampu membikin pemerintahan sendiri. Boedi Moelyo membangun asuransi jiwa dan kegiatan sosial. Selain itu banyak tumbuh organisasi kaum pribumi. Tumbuhnya nasionalisme pribumi dan kekuatan kekuatan di masyarakat membuat Pangemanan harus menjaga agar Boedi Moelyo, SI, Kuo Min Tang, dan Indische partij tetap jauh, jangan sampai bersatu.
Pekerjaan Pangemanann jadi lebih banyak sehingga dia tidak bisa cuti ke Eropa padahal istrinya sudah sangat ingin pulang ke Prancis. Akibatnya keharmonisan rumah tangga mereka jadi korban. Pangemanann jatuh ke alkohol dan prostitusi. Akhirnya istri dan anaknya meninggalkannya. Mereka pulang ke Eropa.
Suatu hari atasannya menekannya agar menangkap tiga serangkai IP Wardi, Douwager dan Tjipto. Dia ditugasi mengawasi penangkapan itu dan juga harus menemukan alasan penangkapan. Alasan resmi adalah karena kegiatan jurnalistik mereka, buka karena politisi. Mereka dibuang ke Belanda.
Akhirnya Minke dibebaskan oleh gubernur jendral dari pembuangannya di Ambon tapi tekanan terus dilakukan. Sebelum Minke datang di Jawa istrinya sudah lebih dulu dipaksa pulang ke Ambon. Rumah dan semua asetnya disita. Semua temannya juga ditekan agar tidak mau menerimanya. Bahkan ketika dia sakit dokter dan rumah sakit dipaksa melayani dengan buruk sehingga akhirnya Minke meninggal karena sakit yang tidak ditangani dengan baik.
Buku ini punya banyak halaman yang dipakai untuk menggambarkan pergulatan pemikiran Pangemanann. Ada kekagumannya pada Minke. Ada keraguannya menangkap tiga serangkai IP. Ada deskripsi kepusingannya terjepit pekerjaan. Ada paparan perkembangan gerakan politik kaum pribumi Hindia. Ada ekspresi kesebalannya dengan atasan. Ada paparan situasi politik internasional di terutama di Eropa dan Asia.
Di buku ini Pram terlihat memiliki wawasan politik global. Dengan indah dia paparkan upaya pemerintah kolonial menaklukkan gerakan politik kaum pribumi dengan cara kotor dan keji seperti dalam penghancuran Minke, Siti Soendari dan Tiga Serangkai.
*