CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 29 Mei 2008

Bumi Manusia

Penulis : Pramoedya Ananta Toer.
Tebal : 535 halaman.
Penerbit : Lentera Dipantara, Jakarta.

Pramoedya dengan indah menceritakan penderitaan kaum pribumi di bawah kolonialisme Belanda di Jawa pada akhir abad sembilanbelas dan awal abad duapuluh. Setting cerita adalah Wonokromo, di dekat Surabaya, Jawa timur.
Minke, tokoh utamanya, adalah seroang pelajar HBS, sekolah menengah Belanda yang bergengsi di jaman itu. Suatu hari dia bertemu dan lantas jatuh hati dengan Annelies Mellema, seorang gadis indo Belanda anak Herman Mellema dengan Nyai Ontosoroh alias Sanikem. Herman Mellema pernah menjadi administartur pabrik gula Tulangan. Dia kemudian memilih berbisnis di Wonokromo. Meskipun orang desa, Sanikem adalah orang yang cerdas, cekatan dan ambisius sehingga dia mampu mengelola usaha suaminya Boerderij Buitenzorg menjadi sebuah perusahaan peternakan yang maju pesat.
Setelah lulus dari HBS Minke menikah dengan Annelies Mellema. Sayang kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari datanglah Maurits Mellema, anak dari Herman Mellema dengan istri pertamanya di nederland. Dia marah marah dan menuntut hak haknya yang dia angap dirampas bapaknya. Pertemuan tak terduga itu mengguncangkan Herman Mellema sehingga akhirnya dia jatuh ke alkohol dan prostitusi. Pukulan berikut tertuju ekpada Nyai Ontosoroh, Minke dan Annelis. Pengadilan Amsterdam tidak mengakui Ontosoroh sebagai istri Herman mellema dan memerintahkan penyitaan harta Herman Mellema dari Ontosoroh. Mereka juga memerintahkan pengasuhan Annelies kepada Maurits dan tidak mengakui pernikahan Annelies dengan Minke. Karena itu Annelies diwajibkan pindah ke Nederland. Vonis ini menimbulkan protes keras.
Eksekusi vonis bahkan menimbulkan pertumpahan darah. Pengawal Nyai Ontosoroh melawan dengan senjaat tajam sehingga pemerintah kolonial Belanda akhirnya menurunkan polisi dan marsose. Akhirnya Annelies dibawa paksa ke Belanda.
Pramoedya dalam novel ini berhasil menunjukkan kejahatan kolonialisme seperti ; diskriminasi ras, hukum yang kejam dan berpihak sehingga tidak adil, egois, tidak manusiawi dan buta terhadap realitas sosial dan tidak bermoral. Monogami juga tidak lebih baik daripada poligami. karena monogami juga hak hak Nyai Ontosoroh dinjak injak. Kalau mereka panganut poligami maka hak hak Nyai Ontosoroh akan dilindungi. Paling tidak dia akan diakui sebagai seorang istri, bukan sekedar gundik.